Sejarah Kali Pelus
Pada saat terjadi keributan itu datanglah Raden Mas Kuncung. Ia bertanya kepada ayahandanya mengenai keributan yang terjadi di Pendopo Kadipaten Sokaraja. Kemudian ayahnya menjawab bahwa Kali Genteng ingin membunuh Ki Reksonoto karena tidak menyerahkan Pusaka Brongos Setan Kober. Oleh karena itu, untuk mengamankan situasi, Jebug Kusumo menyerahkan permasalahan itu kepada Raden Mas Kuncung. Kemudian terjadi keributan antara Raden Mas Kuncung dengan Kali Genteng. Kali Genteng terpojok dan melarikan diri dengan menyelam ke sebuah sungai. Prajurit dari Kadipaten Sokaraja melempari sungai tersebut dengan batu-batu atau benda yang ada di sekitar mereka. Bahkan Raden Mas Kuncung masih tetap mencari Kali Genteng dengan menyelam ke sungai tersebut.
Pada saat berada di dalam air, tiba-tiba Raden Mas Kuncung memegang kepala seekor ikan besar yang halus dan licin seperti pelus. Oleh karena itu Raden Mas Kuncung memberi nama sungai tersebut sungai Pelus. Raden Mas Kuncung terus mencari Kali Genteng dan sampailah ia di tempat yang luas dan airnya tenang dan dalam. Raden Mas Kuncung dan prajuritnya mengira Kali Genteng sudah mati karena lama tidak muncul ke permukaan. Anehnya, air tersebut tidak berbau anyir namun malah berbau harum sehingga ia memberi nama tempat tersebut sebagai Kedung Kenanga. Pencarian tidak berhenti sampai di situ, mereka mencari sampai ke hilir sungai dan mereka mendapati banyak ikan kecil yang mirip seperti ncit. Kemudian Raden Mas Kuncung memberi nama tempat tersebut Kalincit (sekarang tempat tersebut adalah sebuah gerumbul di desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor).
Setelah lama mencari mereka tetap tidak menemukan Kali Genteng. Raden Mas Kuncung dan prajuritnya mengira Kali Genteng sudah mati. Mereka memutuskan kembali ke Kadipaten Sokaraja dan segera melaporkan hal ini kepada Adipati Sokaraja. Sebenarnya tanpa sepengetahuan Raden Mas Kuncung, Kali Genteng sudah lebih dulu muncul di daerah hilir sungai Pelus dan lari ke arah utara kembali ke Kadipaten Purbalingga untuk menyelamatkan diri sebab Kali Genteng sudah merasa terpojok.
Sesampainya di Kadipaten Purbalingga, Kali Genteng mendapat tugas dai ayahandanya untuk meresmikan sebuah pasar baru di daerah Watu Kumpul (wilayah Kabupaten Pemalang, dari Belik ke arah timur). Peresmian pasar tersebut disertai dengan hiburan wayang dengan dalang Mocokondo dengan lakon babad Purbalingga-Sokaraja. Pada saat menceritakan babad Purbalingga-Sokaraja, Kali Genteng tersinggung dengan cerita dalang tersebut, sontak Kali Genteng menendang dalang tersebut dan terjadilah perkelahian antara Kali Genteng dengan dalang Mocokondo itu yang sesungguhnya adalah Raden Mas Kuncung. Ki dalang menusukkan Pusaka Brongos Setan Kober ke arah Kali Genteng. Karena terkena pusaka tersebut, Kali Genteng berubah wujud menjadi seekor naga. Kemudian Kali Genteng yang sudah berubah wujud menjadi seekor naga tersebut kembali kepada orang tuanya dan orang tuanya memerintahkan agar ia bertapa selama 40 tahun.
Dengan adanya kisah tersebut, maka muncul mitos yang menyatakan bahwa jika ada orang Purbalingga yang mandi di Sungai Pelus maka orang tersebut akan celaka. Mitos ini dipercayai oleh warga Sokaraja.